Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Ihwan Shafa

Syafri Fadillah Marpaung sebagai Pembicara dalamWebinar Bedah Kitab Rasail Ikhwan Shafa 
 

www.nkrinews.com I Webinar Nasional I 


KONSEP PEMIKIRAN IKHWAN AS-SHAFA



A.   Biografi Ikhwan As-Shafa

Ikhwan as-Shafa adalah suatu perkumpulan rahasia yang bergerak dalam lapangan ilmu pengetahuan, walaupun kadang- kadang seakan-akan organisasi ini bertendensi politik, sehingga ada orang yang beranggapan bahwa ia merupakan salah satu dari ormas kaum Syi`ah yaitu adanya imam yang tersembuyi. Kendatipun demikian Ikhwanus-Shafa mempunyai pendapat ilmiah yang tersendiri dalam soal politik, dimana mereka lebih condong kepada pendapat Plato yang mengatakan, bahwa yang lebih berhak memegang kendali pemerintah ialah para ahli fikir (filosof).128 Organisasi ini antara lain mengajarkan tentang dasar- dasar agama islam yang didasarkan pada persaudaraan islamiyah (ukhuwawah islamiyyah), yaitu suatu sikap yang memandang iman seseorang muslim tidak akan sempurna kecuali ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.129

Menurut  pendapat  yang  dikutip  Muniron  dalam  bukunya satu hal yang memang tampaknya menjadi kebijakan Ikhwanus- shafa,  adalah  merhasiakan  keberadaan  dan  identitas  diri  atau

kelompok  serta  ajarannya.  Akibatnya  Ikhwanus-Shafa  diseb                        sebagai kelompok rahasia, yang keberadaanya relatif sulit disingkapkan, hampir setiap upaya pelacakan tentangnya senantiasa berujung pada timbulnya pandangayang berbeda- beda.130

Sesuai dengan namanya, Ikhwanush-Shafajustru asas utama   berdirinya   organisasi   ini   ialah   persaudaraan   yang dilakukan secara tulus ikhlas, kesetiakawanan yang suci murni serta saling menasehati antara sesama anggota organisasi dalam menuju ridha Ilahi.131  Berkaitan dengan penempatan tempatasal kemunculan dan sentral aktifitas (gerakan) Ikhwanus-Shafa dapat dikatakan bahwa hingga sekarang masih terjadi perdebatan dikalangan para ahli. Meskipun demikian, sungguh telah ada semacam kesepakatan dikalangan para sarjana perihal peran penting dua kota metropolis: Bashrah dan Baghdad.132Pusat kegiatan  mereka  di  kota  Basrah,  tetapi  di  Baghdad  terdapat cabang dari kelompok rahasia itu.133   Dalam hal ini dapat kita katakan simpulkan bahwa kotaBashrah adalah sebagai asal dan pusat gerakan Ikhwanus-Shafa dan kota baghdad sebagai cabangnya dari kegiatan ikhwanus shafa.

Adapun mengenai    kemunculan Ikhwanus Shafa ini diperkirakan   pada   pertengahan   kedua   abad   ke-4   H/10M, tepatnya sejak tampilnya dinasti Buwaihi menjadi pengendali kekuasaan politik Abbasiyah".134      Dalam mengembangkan organisasi, mereka mempunyai cara yang halus untuk menambah

anggota,  dimana  mereka  mengutus  beberapa  orang  utusan  ke

     segenap pelosok, agar mencari orang-orang baik yang dianggap bisa sebagai anggota, terutama dikalangan pemuda, karena ditangan pemudalah organisasi ini bisa berkembang pesat nantinya, sebab merekalah yang masih mempunyai daya dalam pengembangan organisasi dari generasi ke genarasi.135

Ihkwanus-Shafa mempunyai jenjang-jenjang tertentu dalam penyebaran misinya sebagaimana yang dikutip Muhammad Jawwad Ridla dalam bukunya dimana jenjanganya itu terdiri atas empat tingkatan yaitu:

1. al-Abrar al-Ruhama` (yang baik-pengasih) yaitu anggota kelompok yang  berusia 15 tahun-an. Mereka mempunyai karakteristik jernih jiwa, murah hati, manis kata dan cepat paham.

2.  al-Akhyar al-Ruhama` (yang terpilih-mulia) yaitu anggota kelompok yang berusia 30 tahun-an. Mereka bercirikan concern terhadap Ikhwan, murah hati, lembut, santun dan peduli pada Ikhwan.

3. al-Pudlala`       al-Kiram       (yang       mulia-Terhormat) yaitukelompok yang berusia 40 tahun-an. Mereka ini bercirikan  otoratif  direktif,  pemersatu  atas  pertentangan yang ada dengan cara bijak santun dan rekonstruktif.

4. al-Balighun Malakutallahi(yang telah mencapai Malakut Allah) yaitu anggota kelompok yang berusia 50 tahun- an.Mereka ini bercirikan kepasrahan total, keteguhan jiwa

penyaksian langsung kebenaran.136

Adapun mengenai nama-nama pemuka dan pemikir ikhwanush-Shafa diantaranya adalah:

1.  Abu Suliman Muhammad Al-Busti

2.  Abu Hasan Ali Az-Zanjani

3.  Abu Ahmad Al-Mahrajani

4.  Al-Aufi

5.  Zaid bin Rifa`ah


Ada sebagian peneliti yang mengatakan, bahwa diantara pemuka organisasi ini termasuk Abu Hayyan At-Tauhidi, berhubungan karena beliau lebih banyak mengenal tokoh-tokoh Ikhwanus-Shafa ini. Dan ada juga yang memasukkan Abu Al- Ala Al-Ma`arri sebagai orang terkemuka di organisasi ini, beliau pernah menulis puisi-puisi yang didalamnya terdapat kata-kata Ikhwanush-Shafa”, namun yang jelas, bahwa diakhir usia Abu Al-Ala ia hidup secara menyendiri di ma`arrah, hidup dalam keadaan buta dan miskin (Rahinul-mahbasain) dalam keluhuran budi dan kezuhudan.137

Pertemuan-pertemeuan yang diselenggarakan kelompok ikhwanus shafa ini menghasilkan karya tulis sebanyak 52 risalah yang mereka namakan dengan rasail Ikhwanus Shafa.138 Mereka merahasiakan nama-nama mereka himpunan risalah ini menggambarkan filsafat islam yang sudah mencapapai puncak meliputi segala macam ilmu pengetahuan  yang masyhur pada masa itu.

Terdapat didalamnya teori-teori dasar asal muala kejadian alam semesta seperti materi (hiyuli), bentuk (sahuroh) hakikat

alam,  bumi,  langit,  wajah  bumi  dan  perubahan-perubahannya,

 kelahiran dan kehancuran, pengaruh-pengaruh tata surya (alam raya), langit, astrologi kejadian mineral, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewani.13Ia merupakan Ensiklopedia populer tenteng ilmu dan filsafat yang ada waktu itu. Menurut Sayed Ameer Ali dalam Sirajuddin Zar mengatakan ditinjau dari segi isi, rasa`il ini dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian:

1. 14 risalah tentang matematika, yang mencakup giometri, astronomi, musik, geografi, seni, model, dan logika.

2.  17 risalah tentang Fisika dan ilmu alam, yang mencakup

geneologi, mineralogi, botani, hidup dan matinya alam, senang  sakitnya  alam,  keterbatasan  manusia,  dan kemampuan kesadaran.

3.  10   risalah   tentang   ilmu   jiwa,   mencakup   metafisika,

pythagoranisme dan kebangkitan alam.

4. 10 risalah tentang ketuhanan, meliputi kepercayaan dan keyakinan, hubungan alam dengan Allah, akidah mereka, kenabian  dan  keadaannya,  tindakan  rohani,  bentuk konstitusi polotik, kekuasaan Allah, magic dan azimat.140

 

B.    Konsep Pendidikan Ikhwanus Shafa

Menurut ikhwan, aktifitas pendidikan dimulai sejak sebelum kelahiran. Sebab, kondisi diri bayi dan perkembanganya sudah dipengaruhi oleh keadaan kehamilan dan kesehatan ibu yang sedang hamil. Dengan demikian, perhatian pendidikan harus sudah diberikan sejak janin dalam rahim, karena janin berada dalam  rahim  itu  selama  sembilan  bulan  itu,  agar  sempurna bentuk dan kejadiannya. Setiap orang berakal  mengetahui bahwa

janin yang lahir dalam keadaan cacat dan tidak sempurna bisa

 menjadi tidak berguna di dunia. Para dokterpun menasehati ibu- ibu hamil untuk berhati-hati dalam bergerak dan beraktifitas, jangan sampai nantinya berdampak buruk bagi janin yang ada dalam rahim. Yang diharapkan dengan hal itu tentunya agar si janin lahir ke dunia dalam ke adaan sehat dan normal. Hal-hal tersebut dimaksudkan agar memberi pengaruh positif terhadap pertunmbuhan dan perkembangan intelektual dan kejiwaan janin.141

Jadi jelas dalam hal ini menurut pendapat diatas mengenai

konsep pendidikan menurut Ikhwanus Shafa bahwa pendidikan itu harus diberikan sejak bayi masih di dalam kandungan. Kaerna hal tersebut memberi pengaruh positif terhadap pertunmbuhan dan perkembangan intelektual dan kejiwaan janin.

1.  Cara mendapatkan pengetahuan142

Akal manusia selalu bekerja untuk menciptakan ilmu dan keterampilan. Ilmu yang dihasilkan oleh kegiatan akal itu merupakan bentuk dari sesuatu yang diketahui oleh jiwa. Sedangkan keterampilan adalah bentuk dari kegiatan daya fikir yang menjelma ke alam materi. Untuk mencapai pengetahuan  perlu ditempuh tiga jalan:

a.  Pengindraan terhadap objek b.  Pemikiran

c.  Argumentasi.143

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa untuk memperoleh suatu pengetahuan maka ada tiga proses yang dilalui yaituPertama   melihat   objek   dalam   hal   ini   manusia

mempunyai kesamaan dengan hewan yaitu hewan juga bisa

melihat  benda-benda  atau  objek  disekitar.  Keduaberfikir beda dengan hal ini manusia mempunyai akal sedangkan hewan tidak mempunyai akal. Ketiga argumentasi atau menyimpulkan setelah melihat dan memikirkan barulah dilakukan penyimpulan terhadap suatu objek tertentu tahap ini adalah tahap yang tertinggi dalam mendapatkan ilmu.

Berbeda dengan teori pengetahuan Plato, Ikhwan as- Shafa menganggap semua pengetahuan berpangkal pada cerapan indrawiah. Banyak para pakar yang berpendapat bahwa pengetahuan-pengetahuan itu bertumpu pada premis- premis rasional. Mereka menganggap al-ilm (aktifitas mengetahui) sebagai pengingatan ulang, dengan berpijak kepada   teori   pengetahuan   Plato,   padahal   sebenarnya tidaklah seperti itu.144      Semua ma`rifah (pengetahuan) merupakan perolehan (muktasabah) bukan bawaan (fithriyah). Pengertian dasar (ma`rifah badihiyah) seperti pernyataan. Seluruh adalah lebih besar dari bagian- bagiannya”.   Semata-mata   tanggapan-tanggapan   indrawi pada bagian-bagianya ( juziyyat) yang berhimpun lewat panca indra.145

Pada  bagian  lain  ikhwanus  shafa  berpendapat  bahwa pada dasarnya semua ilmu pengetahuan harus diusahakan (muktasabah), bukan dengan cara pemberian tampa usaha. Ilmu yang didapat dengan mempergunakan panca indra. Dalam hubungan ini organisasi berpendapat bahwa semua yang terlukis dalam pemikiran itu bukanlah sesuatu yang hakikatnya telah ada dalam pemikiran, melainkan lukisan

tersebut  merupakan  pantulan  yang  terjadi  karena  adanya

kiriman dari panca indra. Jadi bukan karena adanya ide dalam  pikiran.  Manusia  pada  mulanya  tidak  mengetahui apa-apa, lalu karena adanya panca indra yang mengirimkan informasi, maka manusia dapat mengetahui sesuatu. Pandangan seperti ini dihasilkan melalui penafsiran terhadap

ayat yang berbunyi:146

Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberikan kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S. an-Nahl,16:78).147

 

Maka dalam hal ini dapat dipahami bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang apapun oleh sebab itulah manusia diibaratkan seperti kertas putih  kemudian  melalui potensi panca indaralah manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dapat diperoleh tampa usaha akan tetapi melalui usaha.

2.  Tipe ideal guru

Sejalan dengan pendapatnya yang mengatakan bahwa ilmu itu harus diusahakan, maka dalam usaha tersebut memerlukan guru, ustaz atau muaddib.Nilai seorang guru menurutnya bergantung kepada cara dalam menyempaikan

ilmu  pengetahuan.  Untuk  ini  mereka  mensyaratkan  agarguru memiliki syarat-syarat yang sesuai dengan sikap dan pandangan politik ikhwanus shafa serta sesuai pula dengan tujuan penyiaran dakwahnya. Keberhasilan seorang pelajar tergantung kepada gurunya yang cerdas, baik akhlaknya, lurus tabiatnya, bersih hatinya, menyukai ilmu, bertugas mencari  kebenaran, datidak bersifafanatismterhadap suatu aliran.148

Perkumpulan     ikhwanush-shafa     membagi     sumber pengetahuan kedalam empat dimensi yaitu:

a.  Kitab suci yang diturunkan, semisal taurat, injil dan Al- Qur`an

b.  Kitab-kitab  yang  disusun  oleh  para  hukama`  (orang- orang bijak) dan filosof, baik berupa matematika, fisika- kealaman, sastra dan filsafat.

c.  Alam,   yakni   bentuk   empiris   (phenomenom)   segala sesuatu sebagaimana adanya

d.  Perenungan  alam  semesta  dan  tata  aturan  kosmiknya, atau sering di sebut subtansi noumenon, ragam dan macamnya serta kaitan Fungsionalnya dengan kenyatan empiris (phenomenom).149

 

 

C.   Keistimewaan Pemikiran Ikhwanus Shafa Dalam Etos

Keilmuan

Keistimewaan ikhwanus shafa ada pada etos keilmuannya. Mereka tidak membatasi diri hanya dengan satu sumber, melainkan  mereka  benar-benar  mengamalkan  advokasi  Nabi,

Hikmah    itu    barang    hilang    orang    mukmin,    dia    akan

mengambilnya   dimanapun   ditemukan.   Dari   sini   mereka

mempunyai  pandangan  yang  sangat  luas-menyeluruh  tentang sumber-sumber pengetahuan (ma`rifah).150

Selain itu, ada keistimewaan lain yang dimiliki ikhwanus shafa, sebagai suatu keistimewaan yang paling menonjol. Mereka menolak  fanatisme,  dan  berpegang  pada  kebenaran  berfikir keritis untuk mencari kebenaran. Mereka menyeru pada para pengikutnya agar merela tidak mengabaikan satu disiplin keilmuan pun, tidak bersikap antipati terhadap satu kitab pun, atau bersikap panatik buta tergadap mazhab tertentu. Dengan penetangan total terhadap fanatisme buta dan penerimaan penuh terhadap keterbukaan dan kebebasan intelektual, mereka mampu mempengaruhi  generasi  kurunya  untuk  memahami  keragaman dan perbedaan pemikiran, serta pluralitas aliran pemikiran dalam perkembangan dinamika keilmuan dan akselerasi derap langkah kemajuan intelaktual dan sosialnya.151

Kelompok  ikhhwanus  shafa  mampu  memerankan  fungsi

strategis dalam sejarah gerakan pemikir islam dan memberikan pengaruh positif yang nyata terhadapnya, bahkan para sajarawan kontemporer   pun   mengakui   konstribusi   besar   yang   telah diberikan kelompok ini dalam memacu perkembangan pemikiran islam, yaitu berupa:

1. Totalitas  kelompok  ikhwan  dalam  menagabdi  untuk kehidupan intelekktual di abad ke empat hijriah, hingga merekalah yang paling lantang dan fasih berbicara dalam masalah ini.

2. Perintisan   program   penyusunan   karya   ensiklopedia pemikiran keislaman, yaitu dengan risalah-risalah populer

mereka.

3.  Pencerdasan   dan   pencerahan   masyarakat   luas   melalui program pengajaran aneka rangam ilmu dan filsafat.152


D.   Ciri-Ciri Pemikiran ModernIkhwanus shafa

Adapun mengenai ciri pemikiran modren ikhwanus sahafa salah satunya adalah Al-Taufik dan Al-Talfik, Kosmologi, Jiwa manusia.

1.  Al-Taufik dan Al-Talfik

Pemikiran Al-Taufik (rekonsiliasi) Ikhwanus Shafa terlihat pada tujuan pokok bidang keagamaan yang hendak dicapai, yakni merekonsiliasikan atau menyelaraskan antar agama dan filsafat dan juga antara agama-agama yang ada. Usaha ini terlihat dari ungkapan mereka pada syariah telah dikategorikan bermacam-macam kejahilan dan dilumuri berbagai kesesatan. Satu-satnya jalan membersihkannya adalah  filsafat.153    Jadi,  dalam  hal  ini   Ikhwanus  shafa mencoba untuk memadukan antara filsafat dengan agama. hal ini dilakukan untuk membebaskan pemikiran-pemikiran dari kesesatan.

Kesannya Ikhwanus Shafa menempatkan filsafat diatas agama. Akan tetapi, sebenarnya bukanlah demikian. Mereka hanya menempatkan filsafat menjadi landasan agama yang dipadukan dengan ilmu. Kesimpulan ini didukung dengan pendapat mereka dalam pendapat agama. Menurut mereka ungkapan Al-Quran yang berkonotasi indrawi dimaksudkan agar cocok dengan tingkatan nalar orang arab badui yang berkebudayaan   bersahaja   bagi   orang    yang   memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi, mereka diharuskan memakai

tawil   dan   melepaskan   diri   dari   pengertian-pengertian indrawi.

Pada pihak lain, talfik (rekonsilasi) mereka melakukan dengan cara mengambil ajaran-ajaran filsafat yang tidak bertentangan dengan ajaran islam.154Dalam hal ini orang yang  sanggup  berpikir  dengan  cara  memadukan  antara ajaran agama dan filsafat akan menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi.

Usaha dari penjelasan Al-Taufik yang tadi, akan menghasilkankesatuan filsafat dan kesatuan mazhab implikasinya akan menghasilkan apa yang disebut Al-Talfik (eklektik), yang memadukan pemikiran-pemikiran yang berkembang pada saat itu, seperti pemikiran Persia, Yunani dan semua agama.155  Akan tetapi cara mengambil ajaran- ajaran dari sumber manapun yang mereka nilai benar saja yang tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.

2.  Kosmologi

Bagi para Anggota ikhwan, bahwa alam ini terjadi dari satu materi. Terjadinya keragaman di alam ini disebapkan oleh bentuk dari materi yang satu. Jadi materi itu dapat saja berubah bentuk dan warna dalam berbagai ragam, namun demikian ia tetap zat yang itu juga. Demikian lah jagat raya ini beragam dalam bentuk dan warna seperti yang kita lihat dengan kornea mata kita setiap saat, tapi keragaman pandangan  mata  itu  tidak  lain  hanyalah  kulit  lahir,  yang

hakikinya adalah zat yang satu saja.

 


Meskipun alam ini dijadikan dari satu materi, satu sama lain mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, hal ini terjadi apabila ia telah mempunyai bentuk tertentu dan dipengaruhi oleh aksidensinya masing-masing.156

3.   Jiwa Manusia

Jiwa manusia bersumber dari jiwa universal. Dalam perkembangannya manusia banyak dipengaruhi materi yang mengitarinya. Agar jiwa tidak kecewa dalam perkembanganya, maka jiwa dibantu oleh akal yang merupakan daya bagi jiwa manusia.157Pada mulanya jiwa manusia itu adalah kosong, tetapi setelah indra itu berfungsi, mulailah ia menerima rangsangan dari alam sekitar. Semua rangsangan indrawi ini melimpah ke dalam jiwa; pertama sekali ialah memasuki daya fikir (al-quwa al-mufakirat), disisni ia diolah untuk selanjutnya disimpan kedalam rekoleksi atau daya simpan (al-quwa al-hafizhat), akhirnya sampailah ia melalu daya penuturan (al-quwa an-nathiqat). Jadi manusia mempunyai  lima kekuatan jiwa sebagaimana ia mempunyai lima kekuatan raga. Lima kekuatan jiwa itu ialah:

a.  Daya    imajinasi    (al-quwa    al-mukhayyat),    letaknya dibagian muka

b.  Daya fikir (al-quwa al-mufakkirat), letaknya di tengah- tengah otak

c.  Daya  simpan  (al-quwa  al-hafizat),  letaknya  dibagian belakang otak

d.  Daya ingat (al-quwa az-zakirat),

e.  Daya tutur (al quwa an-nathiqat)

Kelima daya inilah yang melakukan aktifitasnya dalam raga manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.158


E.    Implikasi     dan     Relevansi     Pemikiran     Pendidikan

Ikhwanus Shafa di Era Gelobal

Sebagai konsekuensi formasi relasi (kaitan) kompelementer dari konsepsi ikhwanus Shafa Ikhwanus tentang manusia, pengetahuan, ilmu/program kulikuler dan belajar maka mereka membangun teori pendidikan yang komprehensif, dan gardual.159

Kelompok Ikhwanus Shafa secara halus mencuatkan pengakuan mereka tentang ragam potensi pisikomotorik, kognitif dan afektif pada masing-masing individu.160 Dalam hal ini pemikiran pendidikan Ikhanus Shafa bisa dikatakan sangat relevan dengan pendidikan pada masa sekarang yang mengutamakan tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan pisikomotor disetiap aspek yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran dikelas.

Ikhwanus sahafa menganggap kehidupan sosial bersamaan ibarat  tatanan  (sistem)  fungsional-komplementer,  dimana  tiap- tiap potensi genetik-bawaan yang dimiliki manusia merupakan alat-alat sistemik (sub-sub sistem) yang berfungsi spesifik demi tegaknya   sebuah   tatanan   (sistem)   tersebut.   Namun   tidak diragukan  bahwa  fungsi-fungsi  spiritual  berada  pada  hirarki paling  atas  dan  mulia  dinbandingkan  fungsi-fungsi  lainnya.161

Menurut  ikhwanus  shafa,  ilmu  itu  harus  difungsikan  untuk

pelayanan tujuan leluhur kependidikan, yaitu pengenalan diri.162

 

Karena hanya dengan melalui pengenali diri sendirilah seseorang bisa mengenal Tuhanya.

Busayiri Madjidi yang dikutif Maragustam dalam bukunya menjelaskan bahwa beberapa contoh pokok pikiran mereka mengenai pendidikan dan pengajaran masih relevan dengan pendidikan modern sekarang. Diantaranya tujuan, kurikulum,dan metode pendidikan.

1.  Mengenai tujuan pendidikan mereka melihat bahawa tujuan pendidikan haruslah berkaitkan dengan keagamaan. Tiap ilmu, merupakan malapetaka bagi pemiliknya bila ilmu itu tidak ditujukan kepada keridhoan Allah dan kepada keakhiratan.

2.  Mengenai kurikulum pendidikan tingkat akademis mereka

berpendapat   agar   dalam   kurikulum   tersebut   mencakup logika,  filsafat,  ilmu  jiwa,  pengkajian  kitab  ilmu  jiwa samawi,     kenabian,  ilmu  syariat,  dan  ilmu-ilmu  pasti. Namun yang lebih diberi perhatian adalah ilmu keagamaan yang merupakan tujuan akhir dan pendidikan(M. Athiyah al- Abrasyi,1975).

3.  Mengenai    metode    pembelajaran    dia    mengemukakan

perinsip: mengajar dari hal yang kongkrit dan kepada abstrak”. Berkata Ikhwanus shafa dalam Rasaailnya: “Seharusnya orang yang akan mempelajarai dasar-dasar segala yang ada (maujudat), ialah agar mengetahui dasar- dasar itu menurut hakikatnya maka pertama-tama supaya dia mempelajari dasar-dasar itu menurut hakikatnya maka pertama-tama supaya dia mempelajari dasar-dasar segala yang konkrit yang dapat diraba. Dengan demikian akan terbuka  pikiranya  dan  menjadi  kuat  untuk  mempelajari segala   yang   abstrak.   Kerena   pengenalan   hal-hal   yang

konkrit lebih banyak menolong bagi peserta didik pemula

 

untuk  memahami.  Metode  pemberian  contoh-contoh menurut mereka sangat perlu dalam pengajaran. Anak-anak akan mudah menerima pelajaran. Ikhwanus Sahafa sendiri memperaktekkan pemberian contoh-contoh dan misal-misal dalam karangan-karangan mereka (Rasaail) Ikhwanus Shafa.163

4.  Perbedaan bakat individual  dan sebab-sebabnya

Ikhwanus Shafa berpendapat bahwa anak-anak didik, dapat menerima suatu kepandaian bila sesuai dengan pembawaan mereka masing-masing. Sementara oarang yang berbakat satu macam kepandaian atau beberapa macam kepandaian. Mereka dengan gampang menerima kepandaian itu  sampai  mencapai  prestasi  yang  tinggi.  Dalam  waktu yang sangat singkat sudah diketahui dari pekerjaan mereka, bahwa  mereka  betul-betul  berbakat.  Tapi  ada  pula  orang yang  memerlukan  dorongan  yang  besar  dan  upaya  yang keras untuk mengejar suatu kepandaian,    beberapa kepandaian,  karena  tidak  sesuai  dengan  bakat pembawaanya, dan tidak ada bintang yang memberi bekal pada hari kelahirannya lalu gagal. Dalam pada itu terdapat pula sebagian orang yang sama sekali tak mempelajari kepandaian. Hal ini disebapkan pada waktu kelahiranya tak ada  bintang  di  buruj  yang  menyambutnya  dan membekalinya dengan suatu bakat. Sekiranya pada waktu kelahiranya terdapat salah satu dari tiga bintang yang menyambutnya tentulah dia punya bekal kepandaian yang akan dipelajarinya. keiga bintang itu ialah Mirrich (Mars), Kejora  (Venus)  dan  Utaarid  (Mercury).  Setiap  macam

kepandaian memerlukan kelincahan dan ketekunan (rajin)

dan kecerdasan. Bintang Mars mempunyai gerak/lincah, bintang kejora (Zahrah) mempunyai sifat-sifat rajin (ketekunan) dan bintang Mercury mempunyai  kepintaran. Adapun  empat  benda  di  langit  lainya,  tidaklah  memberi suatu kepandaian profesional, tapi pekerjaanyang cocok baginya.  Empat  benda  langit  itu  ialah  matahari,  bintang Zuhal  (Saturnus),  bintang  Masytari  (Yupiter)  dan  bulan. Bila kelahiranya di sambut matahari dia tidak punya kepandaian karena sombongnya, seperti halnya anak para raja. Bila kelahiranya disambut oleh yufiter, dia tidak akan belajar kepandaian dan tidak pula tahu karena zuhud dan wara`. Dia sudah rela dan ikhlas menerima sedikit saja dari kebutuhan duniawi, dan perhatiannya besar kepada akhirat. Seperti halnya nabi-nabi dan orang-orang yang mengikuti jejaknya. Bila kelahirannya di sambut oleh bintang saturnus, maka dia tidak bekerja dan tidak belajar karena malas, dan tabiatnya yang berat untuk bergerak. Dia sudah merasa senang  dalam  kehinaan  dan  kemiskinan,  seperti  halnya orang yang meminta-minta.bila kelahiranya disambut oleh bulan  yang  berada  di  buruj  (gugusan  bintang)  maka  dia tidak akan bekerja karena rendah dan lembeknya tabiatnya dan lemah pikiranya. Seperti hanya kaum wanita dan sebagian   laki-laki   yang   menyerupai   wanita   (Busyairi

Madjidi). 164  Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa

pemikiran ikhwanus shafa ini masih relevan dengan dunia pendidikan  di  era  modren  saat  ini  dan  ini  juga  masih

diberlakukan sampai sekarang. (MRFM)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar